Sajak - Wangian Peraduan Ayah (Khas untuk ayahanda Tn. Hj. Hamzah Hj. Yahya)
Wangian Peraduan Ayah
(Khas untuk ayahanda Tn. Hj. Hamzah Hj. Yahya)
Malam dua puluh satu Ramadan
Mimpi aku dihiasi pertemuan dengan ayah
Di tubir peraduannya tersenyum padaku
Aku terpaku tertegun tertebak rasa
Mimpi indah sedetik cuma
Pada redupnya kenangan
selalu ada yang menyala dengan begitu terang
unggun-unggun api rindu
Rindu menyelinap di perdu rasa
pada
bicaranya
senyumnya
tawanya
Waima dengkurnya
Sajak ini adalah rindu,
pucuk dari sunyi,
mahkota dari resah.
Di bayangan katedral,
aku menunggu bersama zikir
yang memohonkan kamu dirahmati Tuhan
hanya puisi yang mau menerima cinta ayah
tanpa pernah meminta bahagia
Dalam puisi aku sediakan senggang tempat
yang bahkan lebih lapang dari dunia,
luas tak berbatas serupa langit
rasa sayang kepadamu ayah
Puisi ialah samudera kata,
muara dari aksara yang belum sempat terbahasakan.
Tiada kasih yang lebih perih,
daripada kisah hati seorang ayah
Ayah...
di matamu ada jendela masa depan kami
Sajak ini adalah rindu,
yang tak bertepi
Yang tak menghilang dihinggapi sunyi
di pelupuk hati
Langit malam...
Langit malam kami juga.
Tanpa kata-katamu
Tanpa nasihat keramatmu
Suaramu suara rindu kami
Membawa beban di kalbu
Ayah...
Allah sayang ayah
Allah sayang kami
Tuhan...
kami sama-sama mengingat-Mu
Moga ayah berada di singgahsana-Mu
Memerhati kami,
anak-anaknya yang amat merindu...
ABi
TDI
14.5.2020
Ulasan
Catat Ulasan